Langkah Perjuangan



Aku beranggapan bahwa ketika aku menyandang status mahasiswa maka itu artinya ada kewajiban yang harus aku jalankan disamping kewajiban-kewajiban akademik ku.

Aku dan teman-temanku pernah melakukan sebuah aksi yang ada di Jakarta, bagiku melangkahkan kaki dari kampus ke jalanan bukanlah perkara yang mudah. Jangankan berangkat meminta izin kepada orang tua pun susah. Butuh keberanian dan argument yang kuat untuk meyakinkan orang tua bahwa aku akan baik-baik saja dalam melakukan aksi tersebut.
Walaupun sebenarnya aku pun memikirkan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan terjadi saat aku melakukan aksi tersebut.
Tapi pada akhirnya orang tua merestui dan fikiran negatifku terhadap aksi tersebut hilang oleh kebulatan tekad ku sendiri untuk mengikuti aksi tersebut. Bagiku  Ini adalah salah satu keputusan besar yang aku ambil dalam hidupku.

Menjadi mahasiswa memang berat, dimana aku dituntut untuk peka terhadap orang lain dengan tidak mementingkan diri sendiri dan tidak egois. Sikap kritis dan keintelektualan yang identik dimiliki mahasiswa diperlukan untuk mengawasi setiap kebijakan yang dibuat pemerintah
Karena kami sebagai mahasiswa tahu jika kami bukanlah orang yang dapat mengambil keputusan ataupun membuat sebuah kebijakan. Karena itulah kami mengambil peran advokasi kami sebagai penyambung lidah rakyat melalui aksi tersebut.

Disana banyak diantara kami berorasi lantang menyuarakan suara rakyat bukan berorasi omong kosong belaka karena kami sebagai mahasiswa tahu bahwa kami bukanlah orang bodoh yang mau menyiksa tenggorokan sendiri dengan omong kosong yang tak berguna.
Mengkritik yang kami dilakukan bukan sekedar mengkritik, karena kami mengkritik dengan kode etik.
Pulang dengan tangan kosong atau bertahan meski belum tentu keadilan dapat diraih.
Itulah pilihan dan setiap pilihan kami mencerminkan diri kami.

Komentar

Postingan Populer