Kali Kedua Patah



Dulu sebelum aku dan kamu berubah menjadi kita. Kamu terlihat begitu sempurna dipandang dari segi manapun. Satu hal yang paling aku suka dari kamu adalah kamu memiliki wibawa dengan caramu sendiri. Kamu adalah orang yang tidak banyak bicara dan terlalu sibuk dengan kertas-kertas dimeja belajarmu.

Aku dan kamu yang pernah menjadi kita pada saat itu membuatku yakin bahwa kamu adalah sosok pria yang aku percayai untuk menjadi imamku dan aku amini untuk menjadi ayah dari anak-anak ku. Saat itu aku memiliki harapan besar terhadapmu namun seketika harapanku pecah. Ketika kamu memutuskan pergi tanpa pamit.

Aku tidak mengerti mengapa orang sepertimu bisa melakukan hal seperti ini. Yang pada dasarnya kamu tahu betul jika pergi tanpa pamit itu meninggalkan luka. Sayangnya kamu hanya sekedar tahu teori itu tanpa pernah memahaminya. Buktinya kamu pergi dengan meninggalkan luka tanpa pernah memberi penyembuhnya.

Aku sadari pada saat itu kita memang sering tak sejalan, sering berselisih hanya karena hal kecil dan tak pernah ada kesepemahaman lagi diantara kita. Apa yang aku suka terkadang tak kamu suka begitupun sebaliknya apa yang kamu suka sering kali tak aku suka. Mulai dari makanan, hobi, tempat tujuan kita selalu memperdebatkannya.

Dibalik memuncaknya perdebatan dan perselisihan yang kita alami ada kamu yang pergi tanpa pamit. Dan dibalik usaha untuk saling menerima dan memahami ada kamu yang kembali. Namun sayang usaha kita untuk saling menerima dan memahami satu sama lain berujung pada satu kesepakatan perpisahan karena kita sadar bahwa dunia yang kita miliki amatlah berbeda. Dan jika dilihat dari dunia yang kita miliki. Aku dan kamu bukanlah orang yang bisa menjalin hati untuk menjadi kita.

Inilah titik dimana aku mulai mengerti bahwa untuk bahagia tak melulu tentang saling mencintai tapi tentang mencintai.

Komentar

Postingan Populer